Grebeg Gunungan Tradisi Sakral Kabupaten Blora
Berita Blora Jawa Tengah - Kabupaten Blora, salah satu daerah di Provinsi Jawa Tengah yang kaya akan tradisi dan budaya, kembali menggelar acara Grebeg Gunungan dalam rangka peringatan Hari Jadi ke-275, Selasa (10/12/2024). Tradisi ini menghadirkan ratusan gunungan yang disusun dengan estetika tinggi, dipadati oleh ribuan masyarakat, dan menjadi simbol ungkapan rasa syukur atas kelimpahan nikmat yang diterima.
Kegiatan Grebeg Gunungan tahun ini berlangsung meriah di sepanjang Jalan Pemuda Blora, yang menjadi pusat keramaian. Ribuan warga, termasuk pelajar, turut serta mengenakan busana adat Samin, mempertegas identitas kultural masyarakat Kabupaten Blora.
Prosesi Grebeg Gunungan: Wujud Syukur dan Kebersamaan
Pada perhelatan ini, Bupati Blora, Dr. H. Arief Rohman, S.IP., M.Si., bersama jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), memimpin prosesi jalan kaki dari simpang empat Grojogan menuju panggung kehormatan di depan MD Mall. Prosesi ini diiringi oleh pertunjukan kesenian tradisional Barongan Singo Lodra, menambah kekhidmatan acara.
Dalam sambutannya, Bupati Arief Rohman menyampaikan apresiasi yang mendalam kepada seluruh pihak yang berkontribusi dalam pelaksanaan tradisi ini.
“Alhamdulillah, acara ini adalah wujud rasa syukur kita kepada Tuhan Yang Maha Esa. Semoga Grebeg Gunungan kali ini membawa keberkahan bagi masyarakat Kabupaten Blora,” ujar Bupati yang akrab disapa Mas Arief.
Makna Filosofis Gunungan Lanang dan Wadon
Grebeg Gunungan di Kabupaten Blora memiliki makna filosofis yang mendalam, terutama melalui simbolisasi gunungan lanang dan wadon. Gunungan lanang yang berisi hasil bumi, seperti jagung, kacang panjang, dan aneka sayuran, melambangkan kemakmuran yang bersumber dari alam. Sementara itu, gunungan wadon yang berisi makanan olahan, seperti kue tradisional dan jajanan pasar, menggambarkan kesejahteraan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Blora, Iwan Setiyanso, tradisi ini merupakan wujud syukur Pemerintah Kabupaten Blora (Pemkab Blora) dan masyarakat atas limpahan hasil bumi yang melimpah.
“Grebeg Gunungan ini bukan hanya tradisi seremonial, tetapi juga menjadi representasi harmoni antara manusia dan alam yang telah memberikan keberkahan,” jelas Iwan.
Antusiasme Warga: Kebersamaan yang Mengakar
Masyarakat Kabupaten Blora, mulai dari pelajar hingga orang dewasa, menyambut Grebeg Gunungan dengan antusiasme tinggi. Ribuan warga memadati lokasi acara sejak pagi hari, bersiap untuk mengikuti tradisi berebut hasil bumi dan makanan yang disusun dalam gunungan.
“Acara ini luar biasa! Saya senang bisa membawa pulang hasil bumi untuk keluarga,” ujar Dita, seorang pelajar SMK yang berhasil mendapatkan sayur bayam dan terung.
Grebeg Gunungan sebagai Pilar Budaya Kabupaten Blora
Tradisi Grebeg Gunungan tidak hanya menjadi ajang perayaan, tetapi juga berfungsi sebagai pilar pelestarian budaya Kabupaten Blora. Melalui kolaborasi antara pemerintah daerah, instansi vertikal, BUMD, dan masyarakat, acara ini memperkokoh identitas Kabupaten Blora sebagai wilayah yang kaya akan budaya dan nilai-nilai luhur.
Penutupan akses lalu lintas di sepanjang Jalan Pemuda selama acara berlangsung menciptakan suasana yang aman dan kondusif, memastikan warga dapat merasakan kemeriahan Grebeg Gunungan tanpa hambatan.
Lestari dalam Tradisi Kabupaten Blora
Grebeg Gunungan dalam peringatan Hari Jadi ke-275 Kabupaten Blora adalah bukti nyata bagaimana tradisi dapat menjadi sarana pemersatu masyarakat sekaligus pengingat akan pentingnya rasa syukur terhadap anugerah Tuhan. Dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat, acara ini tidak hanya mempertegas identitas budaya Kabupaten Blora, tetapi juga menjadi simbol lestari antara manusia dan alam.
Semoga tradisi ini terus dilestarikan sebagai warisan berharga untuk generasi mendatang, menjadikan Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu pusat kebudayaan yang selalu dirindukan.